Aktivis Pulau Sapudi Suarakan Aspirasi: Kami Butuh Transportasi Laut Layak, Bukan Seremonial

Ket. Foto Hasan Al Hakiki

Sumenep, detik1.co.id // Aktivis Pulau Sapudi, Kabupaten Sumenep, Hasan Al Hakiki, kembali menyuarakan aspirasi kepada Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa. Pulau kecil dengan luas sekitar 35 kilometer persegi dan berpenduduk kurang lebih 40 ribu jiwa itu, selama ini dikenal sebagai “Pulau Sapi”.Karena populasi sapinya lebih banyak dibandingkan jumlah penduduknya.

Untuk mencapai Pulau Sapudi, masyarakat harus menempuh perjalanan sekitar 3,5 jam menggunakan kapal feri, atau 2 jam dengan kapal perahu rakyat. Aktivitas ekonomi warga beragam, mulai dari bertani, melaut, hingga merantau ke kota-kota besar. Meski demikian, banyak yang tetap memilih bertahan di Sapudi karena perekonomian lokal kian berkembang dengan masuknya pedagang dari luar pulau.

Pulau Sapudi bukan sekadar pulau kecil, melainkan daerah yang menyumbang kekayaan migas bagi Jawa Timur dan Indonesia. Sejak 2020, perusahaan Husky-CNOOC Madura Limited (HCML) melakukan eksplorasi minyak dan gas di wilayah ini. Selain itu, Sapudi juga menjadi asal-usul budaya “Kerapan Sapi, yang kini dikenal luas sebagai identitas budaya Madura.

Namun, masyarakat merasa pulau mereka dianaktirikan. Mereka menilai perhatian pemerintah provinsi selama ini hanya sebatas seremonial. Salah satunya saat Gubernur Khofifah datang pada 2019 dengan membawa bantuan air bersih, padahal warga setempat lebih membutuhkan fasilitas pendukung kehidupan sehari-hari seperti transportasi laut.

Ket. Foto Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawangsa

“Pulau kami tidak miskin dan tidak tertinggal. Kami punya kekayaan alam yang disumbangkan untuk Jawa Timur bahkan Indonesia. Tapi kenapa kami masih kesulitan transportasi laut?” keluh Hasan Al Hakiki.

Lebih lanjut pria yang akrab disapa Kiki ini mengatakan bahwa Transportasi laut memang menjadi urat nadi perekonomian Sapudi. Sebelum 2015, perputaran ekonomi hanya bergantung pada perahu rakyat. Namun sejak masuknya kapal feri, pola distribusi barang dan mobilitas masyarakat berubah signifikan. Harga kebutuhan pokok pun sangat dipengaruhi oleh kelancaran operasional kapal feri.

Baca Juga:
Pesta Demokrasi Pemilu 2024 Tercoreng Akibat Dugaan Jual Beli Suara Oleh Oknum PPK

Sayangnya, kondisi kapal feri yang ada dinilai sudah tua dan kerap mengalami kerusakan mesin di tengah perjalanan. Waktu tempuh menuju Situbondo mencapai 4–5 jam, dengan risiko kecelakaan laut yang kerap menghantui penumpang. Peristiwa tenggelamnya kapal layar KM Lorena Sari menjadi salah satu trauma mendalam bagi warga.

“Bunda Khofifah, apakah tidak terlintas bahwa pulau penyumbang migas ini sangat membutuhkan transportasi laut yang layak? Kami hanya ingin kapal yang aman, sebelum ada koban jiwa,” lanjut alumni Pondok Pesantren Nurul Jadid Paiton ini.

Masyarakat berharap pemerintah provinsi tidak hanya hadir dalam seremoni, tetapi benar-benar memberi solusi konkret atas permasalahan transportasi di Pulau Sapudi. Mereka meminta adanya kapal feri baru yang layak dan armada memadai agar roda perekonomian tetap berjalan dan keselamatan warga terjamin.

error: