Sumenep, detik1.co.id // Visi besar untuk menjadikan Indonesia sebagai Raja Budidaya Perikanan Dunia kembali mencuat melalui gagasan strategis yang digulirkan oleh HRM Khalilur R Abdullah Sahlawiy (Gus Lilur), Founder & Owner Bandar Laut Dunia Grup (BALAD GRUP) dan Bandar Rumput Laut Nusantara Grup (BRULANTARA GRUP). Dalam pemaparannya, Gus Lilur menegaskan arah pembangunan sektor kelautan berbasis budidaya secara masif, dengan fokus utama di Gugusan Teluk Kangean, Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur.
Di hadapan publik dan para pemangku kepentingan, Gus Lilur secara lugas menyampaikan usulan strategis kepada Presiden Republik Indonesia, Jenderal TNI (Purn) Prabowo Subianto, khususnya terkait kebijakan pengelolaan komoditas Lobster. Usulan tersebut menjadi sorotan utama karena dinilai mampu mengubah arah ekonomi perikanan nasional menuju kemandirian dan nilai tambah ekspor yang jauh lebih tinggi.
“Saya ingin mengusulkan kepada Presiden Republik Indonesia untuk MENGHENTIKAN EKSPOR BENIH BENING LOBSTER (BBL) dan menggantinya dengan EKSPOR LOBSTER 50 GRAM,” tegas Gus Lilur. Menurutnya, ekspor benih lobster hanya menguntungkan pihak luar negeri dan melemahkan nilai tambah domestik. Sebaliknya, jika Indonesia mengekspor lobster yang telah dibesarkan hingga bobot 50 gram, maka nilai ekonominya akan meningkat berkali lipat, sekaligus membuka lapangan kerja luas di sektor budidaya.
Usulan ini dilandasi keyakinan kuat bahwa Indonesia memiliki anugerah kualitas lobster terbaik di dunia, bahkan melampaui negara-negara pesaing seperti Filipina dan Vietnam. Dengan menghentikan ekspor benih, Indonesia akan menahan nilai sumber daya di dalam negeri sekaligus memaksa munculnya gelombang besar budidaya lobster nasional.
Gus Lilur memaparkan dua dampak positif langsung dari kebijakan ini. Pertama, penyebaran budidaya lobster di seluruh Indonesia. Para eksportir BBL yang selama ini beroperasi akan diarahkan dan diwajibkan melakukan budidaya hingga lobster mencapai berat 50 gram sebelum dijual. Kedua, hubungan bilateral tetap terjaga, sebab negara tujuan seperti Vietnam akan tetap memperoleh suplai lobster dari Indonesia dalam bentuk yang lebih bernilai, bukan lagi benih mentah.
Langkah ini, menurutnya, bukan hanya soal kebijakan dagang, tetapi strategi nasional untuk mengamankan kedaulatan ekonomi maritim. “Kita jangan hanya menjual bibit. Kita harus menjual hasil budidaya, hasil kerja keras bangsa sendiri,” ujar Gus Lilur dengan nada penuh tekad. Ia memastikan usulan resmi ini akan segera dikirimkan dalam bentuk Surat Elektronik (SUREL) khusus kepada Presiden Republik Indonesia.
Selain gagasan kebijakan lobster, Gus Lilur juga menegaskan arah besar pengembangan BALAD GRUP dalam lima pilar utama budidaya laut:
1. Budidaya Rumput Laut
2. Budidaya Lobster
3. Budidaya Teripang
4. Budidaya Kerapu
5. Budidaya Kerang
Kelima sektor ini dirancang untuk menopang rantai pasok global perikanan budidaya dan menjadikan Indonesia sebagai pusat suplai laut dunia.
Melalui anak perusahaannya BRULANTARA GRUP, Gus Lilur mengumumkan rencana ambisius untuk memperluas budidaya rumput laut hingga 50.000 hektar di Gugusan Teluk dan Laut Kangean. Jika tercapai, Indonesia akan menjadi produsen rumput laut terbesar di dunia, menegaskan posisi negara ini sebagai Raja Budidaya Rumput Laut Dunia.
Tak berhenti di situ, BALAD GRUP juga menyiapkan ekspansi besar di sektor budidaya kerang. Fokus diarahkan pada dua jenis utama, yakni Kerang Putih untuk ekspor ke pasar China dan Kerang Coklat sebagai pakan alami bagi lobster. Langkah ini menciptakan integrasi antar-komoditas dalam satu ekosistem bisnis kelautan terpadu.
Di bidang teripang, BALAD GRUP akan melanjutkan riset dan modernisasi teknologi budidaya. Pada akhir Oktober 2025, tim perusahaan akan melakukan studi banding ke China untuk mempelajari metode budidaya teripang modern dengan sistem Keramba Jaring Apung (KJA). Pengetahuan ini akan diadaptasi dan diterapkan di wilayah Teluk Kangean agar hasil produksi lebih efisien dan berstandar internasional.
Sementara itu, budidaya ikan kerapu juga akan segera dimulai pada Desember 2025 melalui anak perusahaan baru Bandar Kerapu Nusantara Grup (BAKERA GRUP). Program ini diharapkan memperkuat posisi Indonesia di pasar ikan ekspor, khususnya ke negara-negara Asia Timur.
Keseluruhan langkah tersebut menggambarkan visi BALAD GRUP dalam mentransformasi perikanan budidaya dari skala lokal menjadi industri maritim global. Gus Lilur menegaskan bahwa pendekatan ini bukan sekadar kelanjutan usaha, tetapi merupakan transformasi menyeluruh terhadap arah pembangunan ekonomi kelautan nasional.
“Indonesia ini negara maritim. Sudah waktunya kita berdiri di garis depan, bukan hanya sebagai penyuplai bahan mentah, tapi sebagai produsen utama hasil laut bernilai tinggi dunia,” tegasnya lagi.
Ia meyakini bahwa dengan dukungan pemerintah pusat, khususnya Presiden Prabowo Subianto, arah kebijakan budidaya nasional dapat bertransformasi dari eksportir benih menjadi eksportir produk jadi bernilai tinggi.
Di ujung pemaparannya, Gus Lilur menegaskan bahwa seluruh langkah BALAD GRUP berpijak pada semangat nasionalisme ekonomi: memberi nilai tambah di negeri sendiri, menyerap tenaga kerja lokal, serta menciptakan kemandirian pangan laut.
“Salam Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia,” pungkas Gus Lilur, menutup pernyataannya dengan semangat dan keyakinan penuh bahwa visi besar ini akan membawa Indonesia menuju era kejayaan baru sebagai Raja Perikanan Budidaya Dunia.