Example 728x250

Tokoh Masyarakat di Desa Maniala Kecewa Dengan Penjelasan Dinas PUPR Terkait Dugaan Mangkraknya Pekerjaan Jembatan

Boul Sulteng, detik1.co.id // Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Provinsi Sulawesi Tengah, melalui Kepala Bidang Jalan dan Jembatan Bina Marga, Asbudianto, ST., M.Si, memberikan klarifikasi terkait dugaan mangkraknya pekerjaan Jembatan Maniala di Kabupaten Buol. Dalam pernyataannya melalui aplikasi WhatsApp, Asbudianto menegaskan bahwa penyedia jasa telah membayar denda keterlambatan sesuai dengan hasil pemeriksaan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) pada tahun 2024.

Asbudianto menjelaskan bahwa selama pelaksanaan pekerjaan oprit jembatan, terjadi fenomena penurunan dan pergeseran tanah. Penurunan timbunan tanah mencapai sekitar 2 meter dari level awal setelah ditimbun. Namun, kejadian ini dianggap sebagai hal biasa karena tanah timbunan telah mencapai kedalaman tanah keras yang stabil untuk dilakukan penimbunan kembali.

Pergeseran tanah yang terjadi, terutama di arah Desa Air Terang, mengakibatkan pergerakan tanah menuju area persawahan warga. Hal ini ditandai dengan kenaikan permukaan tanah pada sawah setelah penurunan timbunan di oprit jembatan.

Asbudianto juga menambahkan bahwa langkah awal yang diambil untuk mengatasi masalah ini adalah pemasangan cerucuk kayu dolken di tepi luar pasangan batu talud oprit jembatan di bagian hulu Desa Air Terang. Tujuannya adalah untuk mencegah pergeseran tanah ke arah sawah dan memperkuat daya dukung tanah asli saat penimbunan kembali dilakukan.

Namun, akibat pergeseran dan penurunan tanah ini, pasangan batu talud di bagian hulu mengalami kerusakan dan harus dibongkar serta diperbaiki. Setelah pemasangan cerucuk kayu dolken dan perbaikan talud, proses penimbunan oprit akan dilanjutkan.

Ketika ditanya apakah kerusakan ini disebabkan oleh kegagalan perencanaan, Asbudianto dengan tegas menampik. Menurutnya, kerusakan tersebut lebih disebabkan oleh kondisi alam yang mempengaruhi pergeseran tanah, bukan karena kesalahan perencanaan.

Asbudianto juga mengungkapkan bahwa pihak Dinas PUPR Provinsi Sulawesi Tengah telah dipanggil oleh Aparat Penegak Hukum (APH) dari Polda Sulawesi Tengah dan telah menjalani pemeriksaan terkait masalah ini.

“Kami berharap agar pekerjaan yang sedang berlangsung ini tidak lagi diberitakan. Dalam waktu dekat, kami akan melanjutkan perbaikan oprit jembatan yang rusak. Anggarannya sudah kami usulkan dalam Anggaran Perubahan di DPRD Provinsi Sulawesi Tengah,” Pungkas Asbudianto.

Sementara itu, sejumlah tokoh masyarakat di Desa Maniala, menyatakan kekecewaannya atas penjelasan yang Kepala Bidang Jalan dan Jembatan Bima Marga dan Penataan Ruang Provinsi Sulawesi Tengah, Asbudianto, terkait dugaan mangkraknya pekerjaan jembatan Maniala yang menurutnya kerusakan pada Oprit jembatan tersebut disebabkan oleh faktor alam, yakni pergeseran dan penurunan tanah.

Salah satu tokoh masyarakat setempat yang enggan disebutkan namanya menyebut bahwa alasan yang disampaikan oleh Kabid itu tidak memuaskan masyarakat.” Kamu sudah lama menantikan penyelesaian Jembatan Maniala ini. Namun, alasan faktor alam seakan-akan mengabaikan tanggung jawab pihak pelaksana. Jika memang kendala awal perencanaan, bukan dijadikan alasan setelah kerusakan.” Ujarnya. Sabtu 05 Oktober 2024.

Ditempat yang sama, tokoh masyarakat lainnya menambahkan bahwa kondisi alam memang sering terjadi tantangan di banyak proyek infrastruktur, Namun ia menegaskan bahwa proyek sebesar jembatan Maniala yang menelan anggaran 4 Miliar lebih itu seharusnya melalui kajian teknis yang matang, termasuk memperhitungkan kondisi tanah dan faktor resiko lainnya.

“Penjelasan soal pergeseran tanya seolah menggampangkan Masalah. Apakah sejak awal tidak ada analisis geoteknik yang tepat? Ini menunjukkan ada kelemahan dalam perencanaannya,” tambahnya.

Lebih lanjut ia mengatakan bahwa masyarakat Maniala berharap jembatan tersebut bisa segera berfungsi untuk memperlancar akses dan mobilitas warga. Namun, dengan adanya pernyataan bahwa kerusakan disebabkan oleh kondisi alam, kekhawatiran muncul mengenai kelanjutan proyek ini.

“Apakah akan ada jaminan proyek ini tidak akan rusak lagi setelah di perbaiki? Bagaimana mana kalau kondisi alam yang sama terjadi lagi?,” tanya salah satu warga.

error: