Surabaya, detik1.co.id // Sebuah surat elektronik bernada nasionalis dan berisi gagasan strategis untuk memperkuat kedaulatan ekonomi kelautan dikirim oleh HRM Khalilur R. Abdullah Sahlawiy atau Gus Lilur kepada Presiden Republik Indonesia, Jenderal TNI (Purn) Prabowo Subianto. Surat tersebut dikirim langsung dari Kantor Bandar Laut Dunia Grup di Surabaya pada Senin, 13 Oktober 2025.
Gus Lilur, yang dikenal sebagai Founder dan Owner PT Bandar Laut Dunia Grup (BALAD Grup) sekaligus penulis buku Prabowo untuk Indonesia Raya (2014), dalam suratnya menegaskan dukungan dan kepercayaannya terhadap kepemimpinan Presiden Prabowo. Ia membuka suratnya dengan salam penuh penghormatan dan semangat kebangsaan.
Dalam surat elektronik sepanjang beberapa halaman itu, Gus Lilur secara tegas mengusulkan perubahan paradigma ekspor komoditas laut strategis, khususnya lobster. Menurutnya, Indonesia perlu menghentikan ekspor benih bening lobster (BBL) ke Vietnam dan menggantinya dengan ekspor lobster ukuran 50 gram.
“Pergantian ekspor BBL menjadi ekspor lobster 50 gram ini akan membuat para pengekspor harus berbudidaya setidaknya dua bulan, dan itu membuka peluang ekonomi besar di pesisir,” tulis Gus Lilur dalam suratnya.
Ia menjelaskan, kebijakan tersebut akan memberikan efek berantai positif terhadap perekonomian nasional, mulai dari pembukaan ratusan ribu lapangan kerja baru, peningkatan nilai ekspor lobster Indonesia, hingga penguatan posisi Indonesia sebagai produsen utama lobster dunia.
Selain itu, Gus Lilur menyoroti persoalan monopoli dan sistem kuota ekspor yang selama ini dianggap menekan nelayan dan pelaku usaha kecil. Ia memuji pernyataan Presiden Prabowo yang menolak sistem kuota dan menyerukan kebebasan berdagang bagi rakyat Indonesia.
“Pernyataan Bapak Presiden sungguh patriotis. Darah nasionalisme saya bergejolak menyaksikan video tersebut,” tulisnya penuh semangat.
Sebagai pelaku usaha perikanan budidaya yang telah meneliti praktik di Vietnam, Gus Lilur mengungkapkan bahwa para pejabat Kementerian Pertanian dan Lingkungan Vietnam (MAE Vietnam) bahkan menyambut baik jika Indonesia mengganti ekspor BBL menjadi lobster ukuran konsumsi.
Menurutnya, langkah ini akan menguntungkan kedua negara. Vietnam akan terhindar dari risiko kematian lobster pada tahap awal budidaya, sedangkan Indonesia akan memperoleh nilai ekonomi yang lebih tinggi dan kemandirian industri perikanan yang lebih kuat.
Dalam surat tersebut, Gus Lilur juga menyampaikan apresiasi terhadap kebijakan Presiden Prabowo yang menghentikan ekspor benih lobster per 1 Agustus 2025, serta langkah pengambilalihan otoritas ekspor dari Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) ke tingkat Peraturan Presiden (Perpres).
Ia berharap Perpres tersebut segera diterbitkan agar menjadi dasar hukum yang kuat bagi pelaksanaan kebijakan baru di sektor perikanan budidaya nasional.
Di bagian penutup suratnya, Gus Lilur kembali menegaskan keyakinannya terhadap kepemimpinan Presiden Prabowo dalam membawa Indonesia menuju kejayaan di darat, laut, dan udara.“Saya yakin dan percaya, di tangan Bapak Presiden, Republik Indonesia akan berjaya di darat, di laut, dan di udara,” tulisnya dalam penutup surat.
Surat elektronik tersebut kini menjadi sorotan di kalangan pelaku industri maritim dan perikanan budidaya. Banyak pihak menilai gagasan Gus Lilur visioner dan sejalan dengan semangat kemandirian ekonomi biru yang tengah digaungkan pemerintah di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto.