Sumenep, detik1.co.id // Belakangan ini para konsumen pengguna Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) merk A-Z di Pulau Sapudi, kembali dibuat riuh lantaran rasanya mulai beda.
Para konsumen menilai bahwa produksi AMDK yang berada di Desa Pancor, Kecamatan Gayam itu disinyalir bau bercampur tanah.
AMDK merk A-Z yang selalu didambakan oleh para konsumen lokal Pulau Sapudi itu, tak hanya sekali mendapatkan respon jelek di tengah masyarakat.
Bahkan, di tengah harga yang sudah melambung tinggi hampir setara dengan AMDK merk lain yang didatangkan dari Pulau Jawa itu, justru kualitasnya diduga semakin menurun.
Salah satu konsumen dan juga pedagang sembako Desa Pancor, Misbahul Munir menyampaikan bahwa tak sedikit banyak masyarakat yang belanja di tokonya, selalu mengeluhkan tentang rasa air merk A-Z yang mulai membau.
“Banyak suara konsumen begitu, Lek. Suruh saya taruh buktinya,” ungkapnya saat dikonfirmasinya melalui sambungan teleponnya, Minggu 02 Juli 2023.
Bahkan tak hanya rasa yang bau, Misbah mengaku sempat menjumpai air merk A-Z yang diduga sudah lumutan alias kotor.
“Perlu diperhatikan, karena airnya ada yang lumutan. Tak sedikit banyak tempat ibadah sekarang mengkonsumsi air A-Z, itu pun masih sempat lumutan,” tambahnya.
Kendati begitu membuat Misbah kapok untuk menyetok terlalu banyak air yang sudah menjadi kebanggaan warga Pulau Sapudi itu.
Kemudian, Misbah meminta agar ada pengawasan ketat dari pihak terkait yang membidangi dalam pengawasan produksi AMDK merk A-Z itu.
Sebab menurut dia, jika AMDK yang sudah beredar luas di kalangan masyarakat Sapudi itu tetap di biarkan, maka akan berdampak terhadap kesehatan.
“Disperindag harus tegas juga secara control dan pengawasannya, ” sergahnya.
Bahkan, saat ini pihaknya melakukan pemesanan AMDK merk OMBOEL yang merupakan hasil produksi dari Kabupaten Banyuwangi.
Sebab menurut dia, selain harga yang hampir setara dengan merk A-Z itu, juga kwalitasnya cukup bagus dibanding dengan produk lokal yang ada.
“Kami sekarang mencoba mendatangkan Omboel, selain kwalitasnya bagus, juga beramal untuk pesantren, karena air merk OMBOEL juga bagian dari produksi pesantren,” jelas Misbah.
Di sisi lain, salah satu pengusaha air juga yang namanya tidak mau disebutkan, menjelaskan bahwa air berubah rasa dikarenakan kurangnya maintenance pada alat produksi yang digunakan.
“Air berbau itu biasanya kurangnya maintenance rutin pada alat – alat yang ada, terutama pada medianya. Sekelas AMDK harusnya rutuin, air isi ulang saja 2 – 3 kali sehari dibersihkan,” ungkapnya.
Dia menilai, bahwa air berbau itu bukan mengacu pada bahan baku yang ada. Tapi menurut dia, hal itu terjadi lebih mengarah pada alat – alat yang berada di dalam pabriknya, terutama pada alat pengolah airnya.
“Itu pengalaman yang saya temukan saat setelah bertahun – tahun berbisnis air ,” pungkasnya.
Diketahui, AMDK Merk A-Z bukan sekali menuai polemik dan kontroversi di masyarakat. Sebelumnya, juga pernah disoal lantaran beroperasi tanpa ijin resmi dan memalsukan SNI yang seharusnya menjadi kewajiban perusahaan AMDK.
Bahkan, perusahaan tersebut juga pernah dikeluhkan tentang upah buruh yang tidak sesuai dengan UMK dan ijin IPAL yang sampai saat ini tidak jelas secara prosedural pembuangan limbah yang seharusnya menjadi kewajiban perusahaan.
Hingga berita ini ditayangkan, media kesulitan untuk menghubungi Direktur perusahaan AMDK merk A-Z yang berada di Pulau Sapudi itu, dan akan menjadi penelusuran lebih lanjut.
(Akhmadi)