Situbondo, Detik1.com – Keanekaragaman budaya daerah merupakan aset nasional yang tidak ternilai harganya yang membentuk identitas bangsa Indonesia. Salah satunya adalah ungkapan rasa syukur atas hasil laut yang diperoleh nelayan melalui ritual Petik Laut atau Larung Saji. Tradisi yang dilakukan turun-temurun ini memiliki ciri khas di masing-masing wilayah.
Pengungkapan rasa syukur terhadap Tuhan atas segala sesuatu yang telah dilimpahkan di muka bumi ini dipraktekkan dengan presentasi pemujaan kepada Nabi Khidir dan Nyi Roro Kidul. Mereka adalah sosok mistis yang dipercaya sebagai penguasa laut yang dapat menggerakkan sesuatu yang ada di laut sesuai dengan kehendak mereka.
Ritual yang sama kali ini juga dilaksanakan di Desa Kilensari, Kecamatan Panarukan, Kabupaten Situbondo. Merupakan salah satu wilayah pantai di perairan utara pulau Jawa yang berbatasan langsung dengan Selat Madura.
Ritual rutin tahunan ini selalu dinantikan oleh kalangan komunitas nelayan dan warga sekitarnya. Upacara ritual yang selalu dipadati ribuan warga nelayan tersebut merupakan acara inti sebagai pemuncak dari berbagai acara tradisional yang dilaksanakan sebelumnya. Tersedia berbagai pentas seni yang disuguhkan sebagai hiburan kepada warga dan masyarakat nelayan. Ada juga Pengajian dan berbagai lomba.
Inti kegiatan petik laut adalah saat pelarungan sesaji ke tengah laut, sesaji itu disatukan dalam sebuah perahu kecil. Isinya macam-macam. Sebelum dilarung, sesaji itu harus melalui serangkaian ritual sebelum diturunkan ke pantai beramai-ramai kemudian dilarung ke tengah laut dan ditenggelamkan.
“Petik Laut ini adalah upaya untuk melestarikan budaya bangsa, namun sering luput dari perhatian para penguasa. Semestinya bisa menjadi daya tarik sebagai destinasi wisata. Pastinya bisa mengangkat perekonomian masyarakat setempat,” sebut Ali Zainal, salah seorang tokoh sentral di wilayah pesisir Panarukan.
“Sumber dana acara ini berasal dari swadaya murni masyarakat nelayan. Mulai sumbangan dari pemilik perahu, kapal selerek, porsen, gandrung, dan kapal jurung, ditambah partisipasi dari pengusaha, masyarakat umum Kilensari, instansi terkait, serta semua nelayan Kilensari,” imbuh pria nyentrik yang akrab dipanggil dengan sebutan ‘Bib Zen’ itu sambil menyibakkan rambut panjangnya.
“Mereka berjejer di samping kanan dan kiri sesaji sampai ke tengah laut. Begitu iring-iringan perahu tiba di tengah laut, sesaji langsung ditenggelamkan. Setelah itu, para nelayan langsung berebut mengambil air laut yang ada di sekitar sesaji untuk disiramkan ke perahunya masing-masing,” urai Syaiful, seorang pemuda yang cukup aktif sebagai pegiat kemasyarakatan.
“Semoga dengan Ritual Petik Laut dan Larung Saji akan mempermudah masyarakat nelayan mendapatkan rezeki dan selalu selamat dalam setiap kegiatan di laut. Selebihnya, kami sangat mengharapkan perhatian dari pihak penguasa,” pungkasnya.
(Hamzah)