Sumenep, detik1.co.id // Dengan bertambah mahalnya harga beras dipasaran, menjadi keluhan utama bagi para kaum ibu rumah tanggah, disaat harga yang serba mahal bagi warga kepulauan di Kabupaten Sumenep yang paling sangat dikeluhkan naiknya harga beras yang kian hari kian melambung.
Karena Beras merupakan kebutuhan utama dalam memenuhi kebutuhan hidup, oleh karenanya bagi warga kepulauan naiknya harga beras yang seolah tidak terkendali sangat meresahkan dan menjadi persoalan utama bagi warga masyarakat yang hidupnya kurang mampu.
Walau di satu sisi pemerintah terus gencar membantu masyarakat dengan beras Cadangan pangan Pemerintah ( CPP), tapi itupun tidak bisa dengan maksimal membantu persoalan keresahan masyarakat dalam pemenuhan kebutuhan hidup. Karena Bantuan Beras CPP itu hanya terbatas pada data Masyarakat yang masuk dalam Data sebagai penerima manfaat
Aditya Prasetyo, Aktifis Muda kepulauan Sapudi, Mahasiswa Fakultas Hukum UNARS Situbondo, Melihat ada ketimpangan yang dilakukan pemerintah Kabupatan Sumenep dalam hal mengatasi persoalan terus melonjaknya harga kebutuhan pokok ini.
“Pemerintah jangan hanya Gencar melakukan Operasi pasar di daratan Sumenep Saja, karena Mahalnya harga kebutuhan beras yang sebenarnya ada di kepulauan” ungkap Aditya. Sabtu ( 24/02/2024).
” mahalnya kebutuhan beras di kepulauan harus ditambah biaya operasional, sehingga dipasaran beras premium mencapai Rp. 17.000 per kilo gram, seperti harga Beras merk 55 yang didatangkan dari jawa kemasan per 10 kg sudah mencapai harga Rp. 164.000. Yang harga standarnya sebelum ada kenaikan Rp. 105.000 per sepuluh kilo gram dalam kemasan” terang Aditya.
Lewat Media ini, Pemuda yang kesehariannya dipanggil Adit ini, berharap pemerintah yang bertagline ” Bismillah Melayani” ini ada perhatian bagi pemerintah Sumenep untuk Masyarakat kepulauan, khususnya kepulauan Sapudi, untuk segerah ambil langkah meringankan beban hidup warga masyarakat.
Ditempat berbeda Nenek Sumari ( 75 th) warga Dusun Gayam Desa Gayam kecamatan Gayam, yang hidupnya sebatang karah dengan usaha hanya menjual Rujak kampungan untuk mempertahankan hidupnya, berharap pemerintah bisa menormalkan harga beras kembali. Karema dari hasil usaha rujak itu terus terang tidak mampu memenuhi kebutuhan hidupnya.