Situbondo, detik1.co.id // Sebuah terobosan besar tengah digagas di perairan Jawa Timur. HRM Khalilur R Abdullah Sahlawiy, yang dikenal dengan nama Ji Lilur atau Kanjeng Pangeran Edo Yudha Negara, meluncurkan inisiatif ambisius melalui konsorsium tiga perusahaan di bawah naungan Bandar Laut Dunia Grup (BALAD Grup). Mengusung semangat sebagai NELAYAN NUSANTARA, ia memfokuskan langkah besarnya pada upaya pemijahan lobster berskala raksasa.
BALAD Grup, sebagai induk yang membawahi lebih dari seratus anak perusahaan di sektor budidaya perikanan, berkolaborasi dengan Global “Loketarubacanata” Nusantara Grup (GLORA Grup) dan Pemijahan Biota Laut Ekuator Khatulistiwa Nusantara Grup (PEBITALEKARA Grup). GLORA Grup sendiri merangkum potensi bahari Nusantara dalam akronim LOKETARUBACANATA—Lobster, Kuda Laut, Kerapu, Kerang, Kepiting, Teripang, Anggur Laut, Rajungan, Rumput Laut, Udang, Bawal, Cakalang, Napoleon, Tongkol, dan Tuna.
Langkah awal konsorsium ini sudah tampak nyata. Jutaan larva lobster (nauplisoma) hasil pemijahan dari hatchery milik PEBITALEKARA Grup di Situbondo telah ditebar di beberapa teluk di Kepulauan Kangean. Teluk Sabiteng dan Teluk Pulau Malang, yang terletak di Desa Saobi, Kecamatan Kangayan, Kabupaten Sumenep, menjadi lokasi pengembangan perdana. Penebaran akan dilakukan rutin setiap pekan, menyasar teluk-teluk lain di sekitar Kangean.
Target mereka tak tanggung-tanggung: satu miliar nauplisoma lobster dalam waktu enam bulan, dari Mei hingga November 2025. Untuk itu, akan disiapkan 100 set keramba pemijahan, dengan total 5.000 unit keramba. Masing-masing unit akan menampung hingga 200.000 nauplisoma.
Secara ekonomi, proyek ini menyimpan potensi luar biasa. Dengan asumsi tingkat kelangsungan hidup (Survival Rate/SR) sebesar 50 persen, akan dihasilkan sekitar 500 juta benih bening lobster (BBL). Jika setiap BBL bernilai Rp10.000 seperti di Balai Layanan Usaha (BLU) Situbondo milik Kementerian Kelautan dan Perikanan, maka nilai ekonomi proyek ini bisa mencapai Rp5 triliun. Angka yang sangat signifikan untuk menggerakkan roda ekonomi daerah.
Namun, di balik peluang besar itu tersimpan risiko tak kalah besar. Risiko terbesarnya: kegagalan total, di mana seluruh nauplisoma bisa mati. Ji Lilur dan tim menyadari sepenuhnya bahwa belum ada satu pun lembaga, institusi, atau negara yang benar-benar berhasil melakukan pemijahan lobster secara massal. Meski puluhan negara dan ratusan pengusaha telah mencoba, sebagian besar menemui jalan buntu.
Merespons kemungkinan gagal, Ji Lilur bersikap filosofis. “Sukses dan gagal itu sahabat pengusaha. Sudah biasa,” ujarnya. Tanpa jaminan hasil, mereka tetap melangkah dengan penuh keyakinan. “Yakin Usaha Sampai. Ada Allah. Bismillah,” tambahnya. Ia menyadari bahwa langkah ini bisa saja dianggap konyol, namun baginya, ini adalah bentuk ikhtiar maksimal yang hasilnya akan ditentukan oleh Tuhan Yang Maha Kuasa.
Saat ini, BALAD Grup mengklaim sebagai satu-satunya perusahaan di dunia yang berani menginvestasikan dana dalam jumlah besar untuk mencoba pemijahan lobster dalam skala semasif ini. Jika berhasil, mereka akan menjadi pionir dunia dalam bidang ini.
Dengan visi menjadikan Kangean dan Indonesia sebagai kiblat baru budidaya perikanan dunia, BALAD Grup bersama GLORA dan PEBITALEKARA melangkah penuh semangat. Mereka percaya, letak Indonesia yang berada di garis Ekuator memberikan kekayaan laut yang tak tertandingi. Ini yang mendasari keyakinan mereka untuk menyematkan gelar Raja Laut Dunia kepada Indonesia.
Landasan semangat mereka berpijak pada nilai keadilan sosial. “Salam Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia” bukan sekadar slogan, tapi filosofi yang menyatu dalam setiap langkah. Proyek ini tidak hanya tentang bisnis, tetapi juga tentang harapan dan tekad untuk mengangkat marwah bahari Nusantara ke panggung global.
Keberhasilan proyek ini akan menjadi tonggak sejarah baru dalam dunia perikanan Indonesia. Ia akan membuktikan bahwa dengan keberanian, visi besar, dan kerja keras, hal yang dulu dianggap mustahil bisa menjadi nyata. Kini, masyarakat Kangean, Situbondo, dan seluruh Indonesia menanti penuh harap: apakah satu miliar lobster akan benar-benar lahir dari tangan “Nelayan Nusantara”?