Jakarta, detik1.com – Selamat Peringati Hari Keluarga Bumi. Hal itu disampaikan keseluruh dunia oleh Madam Astrid S Suntani, Deputy President World Peace Committee 202 Countries (Komite Perdamaian Dunia 202 Negara).
“Pada hari Selasa 27 Maret 2018 lalu, President President World Peace Committee 202 Countries Alamrhum HE Mr Djuyoto Suntani didampingi Bupati Karangasem kala ituMrs I Gusti Ayu Mas Sumantri menetapkan Hari Keluarga Bumi. Hal itu ditandai dengan penandatanganan prasasti Hari Keluarga Bumi di Taman Putung Karangasem, Bali, Indnesia,” ujar Madam Astrid. Minggu (27/03/2022) siang.
Madam Astrid S Suntani mengingatkan kepada semua masyarakat dunia ada 9 alasan Presiden the World Peace Committee 202 Negara HE Mr Djuyoto Suntani punya menetapkan Hari Keluarga Bumi di Karangasem Bali Indonesia.
Pertama Aspek Spiritual. Kabupaten Karangasem Bali Indonesia memiliki aspek spiritul yang tinggi. Ibukota Kabupaten Karangasem bernama “Almapura”, berasal dari kata “Alam” dan “Pura”.
Dalam bahasa Sanskerta kuno Alam adalah jagad raya, sedangkan Pura adalah Kota. “Alampura” artinya Ibukota bagi Alam Semesta, Ibukota jagad raya. Seperti nama “Singapura” artinya Kota Singa. Almapura atau Alampura artinya Kota Alam Semesta. Karena itu di Ibukota Jagad Raya ini ditetapkan “Hari Keluarga Bumi”. Hari Keluarga bagi Alam Semesta.
Kedua Aspek Budaya. Dulu ketika Jawa dan Bali masih nyambung dalam Satu Daratan dikenal dengan nama “Pulau Panjang”. Di Pulau Panjang ini tempat asal mula manusia di muka Bumi jutaan tahun silam. Di Jawa ditemukan Fosil-fosil manusia purba jutaan tahun silam di Trinil Jawa Tengah.
Yang di Bali terdapat di Karangasem sehingga orang mengatakan dengan sebutan “Ajeg Bali”, “Bali Mula” atau asal manusia-manusia Bali. Sebenarnya Karangasem bukan hanya sekadar asal mula Manusia Bali, tapi tempat asal usul Umat Manusia Bumi jutaan tahun silam yang kemudian menyebar ke seluruh di Planet Bumi.
Ketiga Aspek Geografis. Dari aspek geografis Karangasem memilik Gunung Agung sebagai Gunung Vulkanik Besar – Great Mountain Inti Bumi yang menjaga keselarasan semesta. Gunung merupakan Mahluk Purba di Bumi yang memiliki peran penting dalam menjaga keseimbangan alam semesta.
Manusia Purba dulu tinggal di gua-gua kaki gunung yang mencari hidup pada dinamika Gunung. Gunung Agung merupakan Gunung Vulkanik yang hidup hingga sekarang.
Keempat Aspek Religiusitas, di Kabupaten Karangasem Bali, Indonesia, terdapat Pura Agung Besakih, Pura Paling Besar yang setia mengawal Konsep kehidupan sempurna dalam ajaran Trihita Kirana, yaitu menjaga hubungan keseimbangan antara manusia dengan manusia, manusia dengan Alam semesta serta manusia dengan Yang Maha Kuasa, Sang Hyang Widhi Wasa, Tuhan Yang Maha Kuasa.
Kelima Aspek Demografi. Pulau Bali Indonesia oleh dunia Innternasional dikenal sebagai “Pulau Dewata” dan “Pulau Perdamaian” karena nilai-nilai Para Dewa tertanam dalam kehidupan masyarakat. Kabupaten Karangasem secara demografi terletak di Ujung Timur pulau Bali. Artinya Karangasem yang paling awal mendapat Cahaya Matahari untuk menerangi Pulau Dewata.
Keenam Aspek Sosial. Sebagian besar Masyarakat di Kabuapaten Karangasem hingga kini setia menjaga nilai-nilai tradisional yang melambangkan ke-sehati-an hubungan antar semua mahluk hidup di Planet Bumi. Komunikasi antar sesama penghuni Planet Bumi tetap terjaga dengan baik oleh sebagian masyarakat Karangasem Bali Indonesia.
Ketujuh Aspek Mutasi dan Siklus Kehidupan. Kehidupan di alam semesta selalu berdasar pada siklus, silih berganti yang dikenal dengan Teori Mutasi Sosial. Jika dulu wilayah Karangasem merupakan salah satu tempat yang dihuni Manusia Purba jutaan sialam, pada masa depan Karangasem menjadi Tempat Kunjungan Utama manusia dari seluruh dunia, Magnet yang menarik umat manusia dari seluruh dunia berkunjung ke Karangasem adalah untuk melihat “Prasasti Hari Keluarga Bumi” di Kabupaten Karaangasem Bali Indonesia.
Kedelapan Aspek Filosofis. Dilihat dari sudut pandang filosofis Karangasem memiliki beragam kekayaan alam semesta. Dari seluruh kekayaan semesta itu menjadi modal spirit bagi semua manusia untuk menghargai sesama mahluk hidup serta menghargai hakekat kehidupan di Planet Bumi.
Kesembilan Aspek Etika dan Tata Krama. Lokasi penetapan “Hari Keluarga Bumi” dipilih di suatu temnpat yang masyarakatnya setia menjaga Etika dan Tata Krtama dalam kehidupan. Tanpa mengurangi rasa hormat tempat-tempat lain di seluruh dunia, masyarakat Karangasem Bali Indonesia, termasuk yang setia menjaga tata nilai Etika dan Tata Krama dalam kehidupan sehari-hari.
“Dengan adanya Hari Keluarga Bumi maka semua mahluk hidup memiliki kedudukan terhormat. Sesama hidup saling menghargai sesuai dengan peran, fungsi dan posisi masing masing. Selamat Hari Keluarga Bumi, salam Damai,” tutup Madam Astrid S Suntani.
(Red/Tim)