Pada tahun 1982 di Jawa Tengah, seorang pemuda bernama Jaka mengalami peristiwa yang tak akan pernah ia lupakan seumur hidupnya. Jaka masih ingat betul saat sahabat dekatnya, Pak Darmaji, meninggal dunia pada suatu hari di bulan Maret. Bagi Jaka, kepergian Pak Darmaji meninggalkan duka yang sangat dalam. Selain sebagai sosok panutan, Pak Darmaji adalah tempat Jaka mendengar cerita-cerita mistis yang hanya diketahui oleh orang-orang tertentu di desa.
Menurut Pak Darmaji, di antara semua cucu Pak Wiryo, Jaka-lah yang paling mirip secara kepribadian dengan almarhum kakeknya. Ada ikatan kuat yang tak kasat mata antara Jaka dan masa lalu keluarganya yang penuh misteri.
Pertemuan dengan Sari
Setelah lulus SMA, Jaka mencoba mengadu nasib dengan bekerja di sebuah pabrik di Surabaya. Namun, setelah beberapa tahun, ia kembali ke desanya dengan niat membuka usaha sendiri. Dengan modal tabungan seadanya, Jaka membuka sebuah warung kecil di depan rumahnya. Semuanya berjalan lancar hingga suatu hari, seorang gadis bernama Sari datang ke warung untuk membeli obat nyamuk.
Sejak pertemuan pertama itu, Jaka langsung jatuh hati pada Sari. Meskipun tak berpengalaman dalam urusan percintaan, Jaka nekat mengajak Sari ngobrol, dan ternyata Sari melayani obrolan itu dengan ramah. Obrolan singkat tersebut perlahan menumbuhkan benih-benih cinta di hati Jaka.
Beberapa bulan kemudian, mereka resmi berpacaran. Jaka mulai berencana untuk melamar Sari dan membawanya ke jenjang pernikahan. Namun, di malam saat ada pertunjukan wayang kulit di desa, sesuatu yang sangat aneh dan menakutkan terjadi.
Malam di Tengah Hujan
Malam itu, Jaka berangkat menonton wayang sendirian. Sekitar tengah malam, ia merasa pusing dan memutuskan untuk pulang meski hujan mulai turun. Di tengah perjalanan, ketika melintasi area tebu yang sepi, Jaka melihat Sari yang tampak kebasahan. Sari mengatakan bahwa ia juga baru pulang dari menonton wayang dan menawarkan untuk berteduh di sebuah gubuk kecil di tengah sawah.
Di dalam gubuk itu, Sari tiba-tiba menyarankan Jaka untuk melepas bajunya yang basah agar tidak kedinginan. Tanpa banyak berpikir, Jaka menuruti saran tersebut. Namun, kejadian selanjutnya membuat jantung Jaka berdegup kencang. Sari juga ikut melepaskan bajunya. Situasi ini membuat Jaka bingung, tetapi ada sesuatu yang aneh dengan Sari malam itu. Wajahnya pucat dan tatapannya kosong.
Peristiwa Aneh di Tengah Malam
Mereka berdua terhanyut dalam situasi yang menakutkan sekaligus menggoda. Namun, saat Jaka hampir tenggelam dalam kebahagiaan, tiba-tiba ia mendengar suara-suara berisik di luar gubuk. Sekelompok orang, termasuk Pak Roso yang merupakan ayah Sari, datang dan memergoki mereka berdua dalam kondisi yang memalukan. Dengan penuh kemarahan, Pak Roso memaksa Jaka dan Sari untuk segera dinikahkan malam itu juga di rumah seorang tetua desa bernama Pak Sastro.
Malam di Rumah Pak Sastro
Di rumah Pak Sastro, Jaka dan Sari dipaksa untuk menjalani pernikahan sederhana sebagai bentuk tanggung jawab atas perbuatan mereka. Setelah pernikahan, mereka dikurung di dalam sebuah kamar sebagai bagian dari hukuman adat. Malam itu, meski penuh rasa malu, Jaka merasa lega karena akhirnya bisa bersama Sari sebagai suami istri.
Namun, di tengah malam, Jaka terbangun dengan perasaan aneh. Di sudut kamar, ia melihat seorang wanita duduk membelakanginya. Saat wanita itu menoleh, wajahnya pucat dengan mata merah menyala. Wanita itu membuka mulutnya lebar-lebar, menatap Jaka dengan penuh amarah, lalu menghilang begitu saja.
Mimpi Aneh dan Jawaban dari Pak Sastro
Sejak malam itu, hidup Jaka tak lagi sama. Beberapa bulan setelah kejadian itu, Sari hamil dan melahirkan seorang anak laki-laki yang mereka beri nama Bagas. Namun, bayang-bayang malam di rumah Pak Sastro terus menghantui Jaka. Hingga suatu malam, Jaka bermimpi didatangi sosok wanita yang pernah dilihatnya di rumah Pak Sastro. Wanita itu mengatakan, “Anakmu juga adalah anakku.”
Merasa penasaran, Jaka akhirnya memberanikan diri untuk menemui Pak Sastro dan menceritakan semua kejadian aneh yang dialaminya, termasuk mimpi-mimpi aneh tersebut. Pak Sastro pun akhirnya membuka rahasia keluarga Jaka. Menurutnya, Jaka adalah keturunan dari Mbah Karsono, seorang pria sakti yang dahulu memiliki ikatan gaib dengan seorang kuntilanak. Sebelum meninggal, Mbah Karsono pernah bersumpah bahwa keturunannya akan terikat oleh perjanjian gaib tersebut jika mereka tidak memiliki kemampuan sakti sepertinya.
Kutukan dan Kejadian Mengerikan
Pak Sastro mengungkapkan bahwa pernikahan Jaka dengan Sari mungkin telah melibatkan sosok gaib yang mewujudkan dirinya sebagai Sari pada malam itu. Sosok kuntilanak tersebut ingin memiliki keturunan dari garis keturunan Mbah Karsono. Itulah mengapa dalam mimpinya, wanita itu mengklaim bahwa anak Jaka adalah juga anaknya.
Setelah mendengar penjelasan Pak Sastro, Jaka merasa takut namun sedikit lega karena misteri hidupnya mulai terjawab. Meski begitu, kutukan itu tetap menghantui keluarganya.
Akhir yang Menghantui
Beberapa tahun kemudian, Bagas telah tumbuh dewasa dan bekerja di Jakarta. Pada suatu malam, ketika Bagas berusia 25 tahun, Jaka kembali bermimpi bertemu dengan sosok wanita gaib yang pernah hadir dalam hidupnya. Kali ini, wanita itu membawa seorang gadis muda dan mengatakan, “Ini anak kita, Rara. Aku ingin menjodohkannya dengan Bagas.”
Jaka terbangun dengan keringat dingin dan menolak dalam hatinya. Ia tak ingin keturunannya terikat dalam perjanjian gaib lagi. Meski mimpi itu membuatnya tak bisa tidur semalaman, Jaka memutuskan untuk tidak pernah membicarakannya kepada siapapun, termasuk Bagas.
Jaka terus menjalani hidupnya dengan perasaan was-was, namun ia bersyukur bahwa keluarganya tetap aman dan bahagia. Hingga akhir hayatnya, ia menyimpan rahasia pernikahan gaibnya dengan kuntilanak dalam hati, berdoa agar kutukan itu berhenti di dirinya dan tidak menimpa anak-cucunya.
Tamat
Demikian kisah misteri dari Jaka, sebuah kutukan pernikahan dengan kuntilanak yang diwariskan dari generasi ke generasi. Semoga cerita ini memberikan hiburan dan sedikit rasa seram bagi sahabat-sahabat semua.