Cerita  

Penglaris Warung Martabak, Ketika Keberhasilan Instan Berujung Petaka

Penglaris Warung Martabak
Penglaris Warung Martabak, Ketika Keberhasilan Instan Berujung Petaka

Beberapa hari terakhir, bisnis martabak telur milik Bu Rina dan suaminya, Pak Budi, mendadak sepi. Gerobak sederhana mereka yang dulu ramai dikunjungi kini terasa sunyi, seperti ada penghalang tak terlihat yang membuat orang-orang enggan mampir. Padahal, biasanya pembeli selalu berduyun-duyun datang mencicipi martabak telur yang gurih dan renyah buatan mereka. Kini, suasana dagangan terasa berbeda, sepi dan mencekam, membuat Bu Rina dan Pak Budi bingung mencari penyebabnya.

Suatu malam, ketika pulang ke rumah, Bu Rina menyampaikan kegelisahannya pada Pak Budi. Dengan hati-hati, ia menyarankan agar mereka mencari solusi agar usaha mereka kembali lancar. Pak Budi, yang awalnya ragu, akhirnya setuju untuk mencoba jalan lain, meskipun tak sepenuhnya yakin.

Esok harinya, Bu Rina mendengar dari seorang pedagang tetangga tentang Pak Manan, seorang penjual keliling yang dikenal bisa “mendatangkan rezeki” melalui bantuan spiritual. Meskipun orang-orang biasa mengenal Pak Manan sebagai penjual es krim keliling, bagi mereka yang tahu, ia dikenal punya koneksi dengan dunia mistis. Pak Manan dipercaya bisa membantu mengatasi berbagai masalah usaha dengan bantuan “kekuatan tak kasat mata.”

Karena rasa putus asa, Bu Rina dan Pak Budi mempertimbangkan untuk menemui Pak Manan. Setelah mendengarkan cerita Bu Rina, Pak Manan menyarankan mereka untuk menemui seorang dukun bernama Mbah Sastro, yang katanya memiliki kemampuan khusus untuk membantu orang-orang yang sedang terdesak.

Hari berikutnya, setelah menutup lapak lebih awal, Bu Rina dan Pak Budi berangkat menuju tempat tinggal Mbah Sastro, yang berada di tepi hutan. Setelah perjalanan yang panjang, mereka tiba di sebuah gubuk tua yang tampak menyeramkan. Di dalam, Mbah Sastro menyambut mereka dengan pandangan tajam dan menawarkan ritual penglarisan dengan syarat-syarat tertentu, termasuk sesajen dan sejumlah uang. Meski takut, Bu Rina setuju untuk mengikuti ritual tersebut demi kelancaran usahanya.

Setelah ritual itu dilakukan, Bu Rina dan Pak Budi kembali berjualan dengan penuh harap. Ajaibnya, sejak hari pertama, gerobak martabak mereka kembali ramai didatangi pembeli. Pendapatan mereka melonjak tajam, bahkan dalam beberapa minggu, mereka bisa menabung untuk masa depan. Mereka akhirnya mampu membeli motor baru dan pindah ke rumah yang lebih besar.

Namun, kebahagiaan mereka tidak bertahan lama. Setelah pindah ke rumah baru, kejadian-kejadian aneh mulai terjadi. Setiap malam, mereka mendengar suara-suara ganjil, dan anak mereka sering menangis ketakutan, mengaku melihat sosok wanita berambut panjang di rumah mereka. Meskipun awalnya berusaha mengabaikan, lama-kelamaan mereka mulai merasa tidak nyaman.

Masalah semakin bertambah ketika adik Bu Rina yang biasanya sehat tiba-tiba jatuh sakit tanpa sebab yang jelas. Segala upaya medis yang mereka tempuh tidak membuahkan hasil. Akhirnya, Bu Rina mulai berpikir bahwa sakit yang dialami adiknya mungkin berhubungan dengan ritual penglarisan yang pernah mereka lakukan.

Di tengah kebingungannya, Bu Rina bertemu dengan seorang wanita tua bijak di pasar. Wanita itu menyarankan agar mereka menemui seorang ulama yang bisa membantu membersihkan gangguan spiritual. Wanita tua itu memberi mereka alamat Kiai Ma’ruf, seorang ulama yang terkenal dengan kemampuannya dalam rukyah.

Tanpa menunggu lama, Bu Rina dan Pak Budi menemui Kiai Ma’ruf dan menceritakan semua yang terjadi, termasuk ritual penglarisan yang pernah mereka jalani. Kiai Ma’ruf mendengarkan dengan tenang, lalu menyarankan mereka untuk bertobat dan meminta perlindungan kepada Allah.

Kiai Ma’ruf kemudian melakukan rukyah pada anak Bu Rina dan berdoa agar keluarga mereka dilindungi dari segala mara bahaya. Setelah beberapa kali rukyah, perlahan gangguan-gangguan aneh mulai hilang, dan kehidupan mereka kembali normal. Bisnis martabak mereka tetap berjalan, tetapi kali ini tanpa penglarisan atau bantuan mistis.

Pengalaman ini memberi pelajaran berharga bagi Bu Rina dan Pak Budi. Mereka akhirnya sadar bahwa keberhasilan sejati datang dari usaha dan doa yang tulus, bukan dari cara-cara yang melanggar ajaran agama. Kini, mereka menjalani hidup dengan lebih tenang dan penuh rasa syukur, percaya bahwa rezeki yang halal adalah yang terbaik.

Kisah ini mengajarkan bahwa keberkahan dan ketenangan hidup hanya bisa didapatkan dari usaha yang jujur dan doa yang tulus.

error: