Situbondo, detik1.co.id // Jargon “Situbondo Naik Kelas” tampaknya bukan sekadar slogan semata. Pemerintah Kabupaten Situbondo, di bawah kepemimpinan Bupati Yusuf Rio Wahyu Prayogo, menunjukkan keseriusan dalam merealisasikan visi tersebut melalui berbagai langkah nyata.
Salah satunya adalah penyelenggaraan kegiatan Mole Atellas: Sumbang Pikir Situbondo Naik Kelas, yang menjadi wadah diskusi terbuka untuk menyerap ide-ide inovatif dari berbagai kalangan demi kemajuan daerah.
Acara ini turut menghadirkan tokoh penting seperti Brigjen Pol. Sulastiana, M.Si., CRGP., CHCM., CRPP., yang kini menjabat sebagai Auditor Kepolisian Utama di Mabes Polri. Bupati Yusuf Rio hadir secara daring melalui Zoom, sementara Wakil Bupati Hj. Ulfiyah bersama Sekretaris Daerah Wawan Setiawan hadir langsung di Pendopo Situbondo.
“Kami tidak ingin ‘Situbondo Naik Kelas’ hanya menjadi slogan belaka. Kami serius mewujudkannya melalui langkah-langkah konkret, seperti mengadakan forum diskusi terbuka ini,” tegas Bupati Rio.
Ia optimistis, kolaborasi dengan berbagai pihak, termasuk diaspora dan investor, akan mempercepat laju pembangunan di Situbondo.
Hal senada juga di sampaikan Wakil Bupati Ulfiyah pun menambahkan, diskusi ini menjadi sarana untuk menjaring ide-ide segar dalam mengatasi permasalahan seperti kemiskinan dan pertumbuhan ekonomi.
“Saat ini, tingkat kemiskinan di Situbondo masih berada di angka 11,51 persen atau sekitar 80 ribu jiwa.” Jelas Wabup.
Lebih lanjut ia menyampaikan bahwa Pemerintah menargetkan penurunan angka tersebut hingga di bawah 10 persen dalam lima tahun ke depan, atau setara dengan mengangkat 30 ribu orang dari garis kemiskinan.
Strategi utama yang diusung adalah mendorong belanja pemerintah secara efektif. Mengingat Situbondo masih sangat bergantung pada dana transfer dari pusat, optimalisasi anggaran menjadi faktor krusial dalam pembangunan.
Namun, belanja pemerintah saja tidak cukup. Investasi menjadi kunci penting lainnya. Oleh karena itu, pemerintah daerah mendorong peran diaspora dalam membangun jejaring yang dapat menarik investor, baik dari dalam maupun luar negeri.
Sebagai contoh, Vietnam disebut berhasil menarik investor melalui kemudahan akses lahan dan regulasi yang mendukung.
Situbondo pun mulai menerapkan kebijakan serupa, termasuk mempercepat proses perizinan.
Selain investasi, sektor ekspor juga menjadi perhatian. Produk unggulan daerah seperti hasil pertanian, perikanan, dan kerajinan diupayakan agar bisa bersaing di pasar internasional.
Dengan begitu, neraca perdagangan Situbondo dapat menjadi lebih seimbang dan mendukung pertumbuhan ekonomi lokal.
Pemerintah juga merencanakan tindak lanjut melalui pembentukan forum diskusi kelompok (Focus Group Discussion/FGD) untuk membahas strategi pembangunan di masing-masing sektor prioritas secara lebih mendalam.
Brigjen Pol. Sulastiana menegaskan pentingnya investasi bagi daerah. “Situbondo harus belajar dari negara-negara lain yang sukses membangun ekonomi melalui regulasi yang ramah investor. Itu adalah kunci untuk menjadi daerah yang kompetitif,” ujarnya.
Meskipun diselenggarakan saat momentum Lebaran, antusiasme peserta cukup tinggi. Bahkan, sejumlah diaspora dari Amerika Serikat dan Korea mengikuti acara ini secara daring.
Tentunya ini menunjukkan bahwa perhatian terhadap kemajuan Situbondo juga datang dari luar negeri.
Peran diaspora luar negeri diharapkan dapat dimaksimalkan, terutama dalam sektor pariwisata dan pendidikan.
Potensi tersebut bisa dimanfaatkan untuk menarik lebih banyak wisatawan dan pelajar ke Situbondo.
Dengan kolaborasi lintas sektor dan forum lanjutan yang terarah, program “Situbondo Naik Kelas” diyakini akan memberikan dampak nyata dan berkelanjutan bagi masyarakat.